Ketika pertama bertemu, saya sangat kaget melihat
penampilannya yang sudah berubah, sekarang dia lebih terlihat anggun. Karena
seingat saya dulu dia termasuk cewek tomboy yang anti memakai aksesoris
perempuan. Tapi ada yang tidak berubah dari dia. Senyumnya masih seperti yang
dulu. Suaranya yang bergema juga masih sama seperti dulu. Dan tak terasa satu
tahun lebih kami tidak berjumpa. Dia tinggal di Panyabungan dan saya tinggal di
Medan.
Kenangan waktu SMA terus terungkit kembali di antara
perbincangan kami. Di salah satu rumah makan di Panyabungan. Obrolan tentang
keluarga dan perjalanan hidup, tak
henti-hentinya masing-masing kami saling bergantian bercerita satu sama lain.
Pada saat itu rasa rindu yang lama saya pendam seakan terobati, dan rasanya
waktu terlalu cepat berlalu. Dulu dia adalah sahabat baikku yang selalu memberi
dukungan, motivasi dan juga kadang guru bagiku. eh, bukan hanya dulu sih,
tapi sekarang dia juga masih sahabat terbaik bagiku.
Banyak hal yang membuatku kagum padanya, di antaranya adalah kesederhanaannya,
pintar dan juga alim. Dan di antara sifat yang paling saya suka itu adalah
semangat hidupnyanya. Dia tidak pernah mengeluh menjalani hidup, meskipun
kadang banyak tuntutan dari keluarganya. Waktu SMA dia disuruh berjualan di
sekolah, dan sepulang sekolah dia pasti disuruh pergi ke sawah untuk membantu
ibunya, dan saat malam tiba, dia menjaga warung yang ada di rumahnya. Saya
sering berpikir kalau orang tuanya terlalu egois dan memaksa dia untuk bekerja,
karena saya merasa anak seusia kami belum pantas untuk memenuhi kebutuhan
sendiri. Tapi itulah “DIA”, dia berbeda dengan yang lain.
Dalam persahabatan pasti tidak selamanya berjalan mulus saja,
pasti pernah terjadi kesalahpahaman. Dan waktu itu kami bertengkar, karena saya
merasa dia sudah keterlaluan dalam mengambil sikap. Malamnya saya ditelfon dan
dia minta maaf sambil menangis. Bercerita panjang lebar, dan akhirnya saling
bermaafan. Hal terakhir dia katakan dan yang selalu saya ingat sampai sekarang
adalah “Aku harap kita bisa saling mengerti satu sama lain, kamu sudah tau
banyak tentang aku dan begitu pun sebaliknya, jadi aku tidak menginginkan ada
pertengkaran dalam persahabatan kita”.
Jangan menuntut kesempurnaan dalam persahabatan
Terimalah segala kekurangan, hargailah setiap kelebihan
Kesempurnaan dalam persahabatan itu didapat
ketika kita saling memahami kekurangan masing-masing.
-----------
-----------
Sekilas tentang Penulis
Nama : Rina Rizki Rangkuti
TTL : Pagur, 20 Agustus 1993
Sekarang penulis sedang melanjutkan studinya di Fakultas Dakwah-IAIN Sumatera Utara